PUBLIKASI

MEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PEMBIASAAN DAN KETELADANAN

Oleh Aida Junaidanur, S.Pd

MEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PEMBIASAAN DAN KETELADANAN

1. Pedidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang didalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tertentu. Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai baik bagi peserta didik seperti jujur, disiplin, menghormati orang lain, sabar, pemaaf, rendah hati, dan sikap baik lainnya. Untuk menanamkan nilai-nilai ini dibutuhkan kesadaran dan kemaun untuk menerapkannya. Dengan kesadaran dan kemauan nila-nilai baik ini akan tertanam dalam diri peserta didik dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan tanpa adanya paksaan.

Menurut T.Ramli, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi prserta didik yang baik. Berdasarkan pendapat bebrapa ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter menitikberatkan pada moral/etika yang dicontohkan oleh guru. Dengan kata laun guru harus menjad suri teladan bagi muridnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 21 “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada diri Rasulullah bagimu,….” dalam ayat ini jelas menyeru kita untuk mencontoh perilaku Rasulullah dalam kehidupan kita.

Undang-undang no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional maka secara umum fungsi pendidikan karakter jug membentuk karakter peserta didik untuk menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, toleran, tangguh, berperilaku baik sehingga mampu membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional. Pendidikan karakter diharapkan mampu membawa bangsa bersaing dengan negara lain dengan mengedepankan IQ, EQ, dan, SQ.

2. Pentingnya Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan topik yang hangat dibicarakan dikalangan pendidik. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter dipercayai sebagai aspek penting yang mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena SDM berperan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Transformasi pendidikan menyandungkan karakter sebagai ruh atau hal yang asasi dengan intelektualitas diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang berimtaq dan berimtek sehingga mampu membawa bangsa menjadi bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang.

Munculnya wacana pendidikan karakter pada dasarnya disebabkan oleh hilangnya aspek nilai dalam pendidikan. Hilangnya aspek nilai dalam pendidikan inilah yang mengakibatkan pesrta didik bobrok moral dan berakhlak tidak terpuji sehingga menimbukan keresahan besar dikalangan pendidik, orang tua, dan pemerintah. Selama ini pendidikan dirasa cendrung mengedepankan pengembangan intelektualitas dengan mengabaikan akhlak. Padahal nilai inilah yang akan menciptakan ketertiban, keadilan, keharmonisan dan kebahagiaan dalam kehidupan peserta didik.

Pendidikan karakter merupakan wujud usaha memecahkan permasalahan yang menyangkut moral bangsa yang semakin hari semakin merosot. Tauran, bully, pemukulan, pencurian, dan pemalakan merupakan permasalahan moral yang sangat mengkhawatirkan. Permasalahan moral tidak hanya menimpa peserta didik (remaja), namun juga sejumlah anggota pejabat pemerintahan hingga masyarakat bisa. Semua lapisan masyarakat terjangkit masalah moral stadium kritis.

Untuk mengembalikan moral bangsa maka harus dimulai dari akarnya yaitu pendidikan (peserta didik). Dengan menanamkan pendidikan karakter dari tingkat pendidikan terendah hingga tingkat pendidikan tertinggi diharapkan mampu mengembalikan moral/akhlak peserta didik, pejabat pemerintahan, dan masyarakat ke depan sehingga bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.

3. Pendidikan Karakter Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan

Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa”, berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “biasa” adalah 1) lazim, umum 2) seprti sediakala/seperti yang sudah-sudah 3) sudah menjadi kebiasaan 4) sudah sering kali. Dengan adanya prefik “pe-” dan sufiks “-an” menunjukkan arti proses, sehingga pembiasaan dapat diartikan sebagai proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Pembiasaan berarti segala sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar. Untuk menghasilkan karakter yang baik butuh pembiasaan dari dini dan berkelanjutan. Seandainya pembiasaan hanya dilakukan sekali atau dua kali maka tidak tertama kuat dalam diri anak didik sehingga ia mudah meninggakan karaktet tersebut.

Dalam bahasa Indonesia kata keteladanan  berasal dari kata “teladan” yang artinya ditiru atau dicontoh. Kata ini kemudian mengalami proses afiksasi menjadi keteladanan yang berarti hal-hal yang ditiru/dicontoh. Pederta didik mencontoh atau meniru perilaku gurunya. Sebagai seorang guru sebaiknya tidak memperlihatkan sifat y tidak baik dihadapan peserta didik. Karena sifat yang diperlihatkan tersebut akak melekat pada diri peserta didik. Seperti pepatah mengatakan ” guru yang digugu dan ditiru”. Pepatah ini mengingatkan hahwa guru sebagai contoh teladan bagi peserta didik. Peserta didik seharusnya menjadi duplikat gurunya.

Pendidikan karakter tidak lepas dari pembiasaan dan peneladanan. Untuk membangun karakter diperlukan waktu lama. Dengan pembiasaan dan keteladanan yang sistematis dan berkelanjutan akan mampu membentuk karakter yang diharapkan. Guru memberikan teladan yang baik melalui perbuatan atau sesuatu yang dibiasakan terhadap peserta didik karena sudah dibiasakan maka lama kelamaan karakter tersebut tertanam secara otomatis tanpa perlu diminta dan dipaksa peserta didik akan menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dengan senang hati tanpa paksaan.

Sebagai contoh ketika Rasulullah mengajarkan pelaksanaan sholat kepada ummat dengan mengulang-ulangi selama tiga tahun untuk menanamkan ibadah shalat hingga tertanam kokoh dalam jiwa. Ibnu Mas’ud juga mengatakan “Biasakanlah merka untuk melakukan kebaikan karena kebaikan adalah kebiasaan”. Kebaikan sangat berhubungan erat dengan karakter karena yang akan ditanamkan pada peserta didik adalah karakter yang baik (nilai-nilai kebaikan). Pendidikan dengan pembiasaan bukan hanya untuk ibadah (agama) semata, namun meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk untuk menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik.

Pendidikan karakter tidak hanya diajarkan di sekolah, di keluarga dan masyarakat juga sangat berpengaruh. Pendidikan dasar karakter dimulai dari keluarga. Alangkah baiknya pembelajaran karakter dengan pembiasaan dan peneladanan dilakukan sejak dini (balita) bahkan semenjak dalam kandungan. Sesuai pengamatan, anak yang dibiasakan berbicara sopan maka ia akan berbicara sopan dengan semua yang berinteraksi dengannya. Tetapi diantara kita sering melakukan kekeliruan dalam membina anak, terkadang orang tua tertawa dan terheran-heran jika anak melakukan kesalahan/mengucapakan kata-kata kotor. Kesalahan orang tua inilah menjadikan anak terbiasa menggunakan kata-kata kotor. Jika tidak dicegah maka akan berlangsung sampai dewasa. Seharusnya orang tua menasehati atau menegur anak untuk memperbaiki akhlak bukan memaklumi karena masih kecil. Alangkah lebih baik orang tua memberikan contoh suriteladan yang baik bagi anak dalam kehidupan.

Peneladanan sangat penting dalam pendidikan karakter. Sifat manusia yang mencontoh akan sangat berpengaruh positif jika penanaman karakter diterapkan dengan pemodelan atau memberikan contoh teladan terhadap peserta didik. Peneladanan pun harus diiringi dengan pembiasaan. Nilai baik (karakter) yang diteladani  direkam oleh memori kemudian melakukan tindakan satu kali kemudian menjadi pengalaman, bila hasilnya positif semakin direkam dengan baik oleh memori, selanjutnya pengalaman berikutnya lagi menjadi kebiasaan yang direkam semakin kuat di memori yang kemudian menjadi perilaku. Maka peneladanan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menanamkan karakter pada peserta didik. Guru di sekolah harus memberikan teladan yang baik dari
semua segi. Seperti pepatah yang mengatakan “Ala bisa karena biasa”. Maksud pepatah ini adalah pekerjaan yang pada awalnya sulit membentuknya akan terasa mudah dan ringan apabila sudah dikerjakan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan.

Penulis:
Aida Junaidanur, S.Pd (guru MTsN 2 Aceh Besar)

Artikel Terkait

Back to top button