PUBLIKASI

MENDEKAT PADA KETAKUTAN

Oleh NIRWANI JUMALA (Widyaiswara BDK Aceh)

MENDEKAT PADA KETAKUTAN

“Mendekat pada rasa takut, maka anda akan menang”.

Makhluk kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia itu bernama “virus corona”. Allah telah mengutusnya untuk
membuat penghuni bumi dilanda ketakutan yang luar biasa. Corona kecil sangat agresif, mencari tuannya sejak Nopember 2019. Dia berkembang pesat menjadi epidemi global. Rasa takut yang teramat sangat pada ganasnya akibat yang ditimbulkan dari terinfeksi “virus corana”, membatasi gerak manusia di alam yang luas ini.  Kantor pemerintah dan sekolah diliburkan, seluruh aktivitas dibatasi untuk menyukseskan gerakan lockdown.

Meskipun sepertinya bagi orang Aceh, rasa takut terhadap virus corona bukanlah musibah rasa takut yang pertama. Masih terekam dalam sel memori kita ketakutan pada gempa dan Tsunami 26 Desember 2004, gempa 7 Desember 2016, gempa 16 Februari 2017. Bahkan rasa takut ketika masa Aceh bersimbah darahpun sudah kita rasakan.  Setelah semua berlalu rasa takut itu hilang dan hanya menjadi kenangan. Hal ini juga yang akan terjadi setelah wabah corona berlalu.

Namun ada hal-hal penting yang harus kita renungi tentang rasa takut ini.  Secara alamiah rasa takut mengharuskan kita menjauh. Kita takut, pada mahkluk Allah bernama singa, maka kita menjauh dari kerumunan singa. Nabi Musa ‘alaihissalam juga pernah takut pada mahkluk Allah bernama Fir’aun dan tentaranya, maka Nabi Musa menjauh meninggalkan Mesir.  “Nabi Musa pun keluar dari kota dalam keadaan takut dan menanti (Q.S AL Qasas : 21). Berawal dari rasa takut ini juga, Nabi Musa menjadi kuat dan mampu melawan Fir’aun. Rasa takut semacam ini adalah wajar, kita menjauh untuk menghilangkan rasa takut tersebut.

Ada juga rasa takut disebabkan rasa hormat, ketundukan dan penghambaan. Kita takut pada benda jimat, takut pada orang-orang yang dianggap sakti, takut pada tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat. Rasa takut semacam ini adalah sebuah kesalahan besar, karena akan membuat kita rapuh, lemah dan kerdil. Rasa takut yang diiringi penghormatan, cinta, ketundukan dan penghambaan hanya pantas dipersembahkan kepada Allah.

Sekarang masanya Allah mengirim tentara-tentara kecil itu, Lalu apakah kita harus merasa takut kepada virus corona? Haruskah kita menjauh untuk menghilangkan rasa takut tersebut?  Ternyata dengan menjauhpun rasa takut itu tidak dapat hilang. Jika demikian yang harus kita lakukan sekarang adalah “mari mendekat”.

Taubat adalah panggilan yang timbul dari rasa takut, dilakukan dengan cara mendekat kepada Zat Yang Maha Berkuasa, yang mengutus corona kecil untuk membangunkan manusia dari terlena dengan kebesaran dunianya. Dunia adalah sebongkah bangkai yang sangat menggoda, terasa indah dalam pandangan mata. Para manusia berduyun-duyun mengejar dan ingin mendekapnya. Namun, wabah ini, menyadarkan manusia betapa tidak berdayanya kita dengan makhluk-makhluk kecil tak terlihat itu. Sepantasnya kita takut, tapi bukan untuk menjauh, melainkan untuk mendekat. Langkah-langkah mendekat pada ketakutan tersebut adalah:

Mintalah perlindungan hanya kepada Allah.

Seluruh makhluk Allah bergerak atas perintah dan izinNya, demikian juga halnya dengan virus corona. Makhluk kecil itu sedang bekerja dan patuh pada perintah Tuhannya.  Dibalik semua peristiwa yang akan menimpa ummat manusia, Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan penjaga.  “Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang diantara para penyayang” (QS Yusuf: 64). Mintalah perlindungan hanya kepada Allah untuk kita, anak-anak kita, orang tua kita, para guru kita, keluarga, saudara, teman, dan bangsa kita.  Laluilah pagi dan petang dengan Alquran, doa dan zikir yang disertai rasa penghambaan dan rasa takut hanya kepadaNya,

شَيْءٌ فِيْ الْأَرْضِ وَلَا فِيْ السَّمَاءِ

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِيْ لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ

وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dengan nama Allah yang bila disebut, tidak ada sesuatu di bumi dan langit yang mampu menimbulkan bahaya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Sunan Ibnu Majah)

Lakukan Ikhtiyar dengan sempurna

Doa yang ikhlas harus disertai ikhtiyar yang sempurna.  Salah satu upaya itu adalah social distancing. Menjaga jarak dalam berinteraksi sosial bertujuan untuk mencegah agar virus corona tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang lain di sekitar kita. Dalam skala menghindari masalah yang lebih besar, harus dilakukan upaya isolasi atau karantina, atau lockdown. Ikhtiyar ini harus dilakukan secara berjamaah, setiap orang menyadari hal ini dan mau melakukannya secara bersama-sama.

Ikhtiyar berjamaah ini tidak akan berhasil apabila tidak didahului dengan ikhtiyar individu seperti menjaga wudhu, menjaga kesehatan, mencuci tangan, menjaga konsumsi makanan, menghindari keluar rumah dan berkumpul bila tidak ada hal yang penting. “Apabila kalian mendengar tentang wabah penyakit di suatu tempat, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada didalamnya, maka janganlah kalian keluar untuk lari daripadanya”. (HR.Bukhari dan Muslim)

Yakinlah bahwa kesembuhan dan obat berasal dari Allah

Untuk menemukan obat itu yang harus kita lakukan adalah berdoa mohon kesembuhan kepada Allah sambil terus berikhtiyar untuk menyembuhkan diri. Allah akan menurunkan obat melalui berbagai jalan, misalnya melalui perantaraan dokter, paramedis, herbalis, dll. “Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit maka Dia menciptakan penyembuhnya, maka berobatlah”. (HR. Ahmad)

Semoga Allah melindungi kita semua. Semoga kita mendapatkan kesempatan memasuki indahnya gerbang Ramadhan 1441 H. Menikmati indahnya kebersamaan dengan meramaikan masjid dan menghidupkan syiar Islam. InsyaAllah kita akan menyambut kembali hari kemenangan dengan silaturrahmi dan berjabat tangan, sebagaimana yang telah kita lalui selama ini.

Penulis:
NIRWANI JUMALA (widyaiswara BDK Aceh)

Artikel Terkait

Back to top button