“Adab is recognition and acknowledgement of the reality that knowledge and being are ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank, and of one’s proper place in relation to that reality and one’s physical, intellectual and spiritual capacities and potentials. (Naquib Al-Attas, the Concept of Education in Islam”)
Bulan Mei 2019 mejadi sangat istimewa bagi masyarakat Indonesia. Betapa tidak, dalam bulan ini kita menghadapi dua momentum yang sangat penting dan bermakna yaitu pelaksanaan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) untuk mengenang perjuangan bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dan juga menyambut bulan suci Ramadhan 1440 H. Kedua momentum pada bulan mei ini sangat unik karena terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan serta dua-duanya punya keterkaitan terhadap pembumian nilai-nilai pendidikan untuk generasi bangsa.
Pendidikan adalah upaya serius untuk membentuk manusia yang beradab, ikhlas dan taat kepada Tuhan, cinta Rasulullah, hormat kepada guru dan orang tua, sayang antar sesama makhluk ciptaan Tuhan, gigih dalam mengembangkan potensi diri, sehingga diharapkan akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Melalui pendidikan diharapkan akan tertanam nilai-nilai kebaikan dan keadilan dalam diri bangsa Indonesia dengan senantiasa mengedepankan makna positif keberagaman dalam bingkai kebhinnekaan Indonesia.
Pendidikan dan Ramadhan adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karena kedua-duanya punya tujuan yang sangat positif terhadap tujuan memanusiakan manusia. Tujuan pendidikan di Indonesia telah disampaikan dalam Undang-Undang pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bahwa pendidikan nasional adalah bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Sejalan dengan itu, Al-Quran juga telah menegaskan bahwa tujuan ibadah puasa pada bulan Ramadhan adalah untuk menjadi manusia yang bertaqwa: “Wahai orang-orang yang beriman. Telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah:183).
Ramadhan adalah bulan mulia, bulan yang penuh keberkahan dari yang Maha Mulia yaitu Allah SWT. Bila lembaga pendidikan di Indonesia bisa mengoptimalkan pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak bangsa, maka ramadhan bisa dijadikan sebagai bulan untuk mengoptimalkan proses penanaman nilai-nilai kebajikan dan kebaikan. Jadi, ramadhan bukanlah bulan libur sekolah dan libur belajar. Walaupun sekolah / madrasah diliburkan, tapi proses pendidikan di luar sekolah dalam bulan ramadhan tetap harus berjalan sebagai upaya untuk membentuk generasi bangasa yang beriman dan bertaqwa.
Pengelola lembaga pendidikan, guru dan orang tua serta pejabat pemerintah harus benar-benar memahami hakikat
pendidikan untuk untuk generasi bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan itu tidak hanya melahirkan generasi cerdas sisi kognitif (Intelligence Quotient) semata, tapi juga menciptakan generasi pengisi kemerdekaan Indonesia yang cerdas emosional (Emotional Quotient) dan spritual (Spiritual Quotient). Oleh karena itu, momentum Hardiknas tahun 2019 dan Ramadhan 1440 H pada bulan mei ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkan generasi Mellinnial Indonesia yang cakap, cerdas dan berakhlak mulia, serta sopan dan santun kepada guru dan orang tua. Sebab, hanya bangsa yang beradablah yang akan menjadi bangsa mulia, penghuni terhormat di jagat maya ini.
Momentum Ramadhan dan Hardiknas
Memperingati hari pendidikan nasional tahun 2019 ini akan tidak bermakna lebih bila hanya sekedar untuk perayaan gagah-gagahan semata tanpa bisa mengambil hikmah di dalamnya. Peringatan hardiknas akan sia-sia bila sekedar untuk mengisi kegiatan nasional. Namun, jika hardiknas itu dirakayan dan diperingati untuk tujuan positif demi mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat pendidikan, merubah pola hidup bangsa karena sebab dari proses pendidikan, maka hardiknas itu akan menjadi sarana yang sangat positif.
Tujuan utama dari pendidikan adalah proses untuk menciptakan manusia yang berilmu dan berperadaban tinggi. Dengan pendidikan diharapkan akan terciptanya manusia yang cerdas dan berkarakter serta bertambah dekat dengan Sang Maha Pencipta. Untuk mewujudkan ini semua, dibutuhkan kepada sebuah program pendidikan yang bisa melahirkan manusia terbaik untuk bangsa dan negara serta manusia yang berperadaban di kancah dunia internasional. Oleh karena itu, momentum ramadhan sangat-lah tepat untuk mewujudkan tujuan dan maksud pendidikan itu. Karena, bulan ramadhan itu punya nilai-nilai pendidikan yang sangat positif untuk kaderisasi manusia pari-purna (insan kamil).
Nilai-nilai pendidikan dalam bulan ramadhan dapat kita angkat sebagai berikut: Pertama, puasa itu dapat mengembangkan kecerdasan emosi bagi yang melaksanakan ibadah puasa. Puasa adalah menahan atau mengontrol nafsu dan bukan membunuh nafsu. Oleh sebab itu, dengan berpuasa akan terbiasa untuk pengendalian diri serta akan memupuk kepekaan sosial dan saling berbagi dan empati antar sesama. Dengan berpuasa di bulan ramadhan akan terdidik menjadi manusia yang suka menolong dan saling membantu.
Kedua, puasa dapat mendidik manusia untuk berprilaku kejujuran. Orang yang berpuasa atau tidak, yang tahu hanya dirinya dan Allah saja apakah dia melaksanakan ibadah puasa atau tidak. Sejatinya, jika nilai kejujuran ini bisa dipelihara sepanjang hidup, maka bangsa dan negara ini akan bebas dari orang-orang yang berlaku curang dan culas serta hipokrit, karena dia sudah terlatih untuk berkepribadian jujur.
Ketiga, puasa mendorong dan mendidik manusia untuk senantiasa belajar dan terus belajar dalam rangka memperoleh atau meningkatkan penguasaan dan penguatan ilmu pengetahuan, karena bulan ramadhan adalah bulan untuk melatih diri dari berbagai hal. Ramadhan malah diibaratkan seperti madrasah/sekolah atau tempat pelatihan untuk melahirkan kader-kader umat brillian.
Keempat, puasa mendidik kesetaraan. Orang yang kaya dengan yang miskin saat melaksanakan puasa akan sama-sama merasakan hal yang sama yaitu rasa lapar. Orang yang banyak dolar akan sama rasa laparnya dengan yang banyak rupiah, dan begitu juga sebalinya, yang tidak memiliki dolar dan rupiah sama sekali juga akan merasakan rasa lapar yang sama dan juga rasa dahaga.
Kelima, puasa mendidik sikap disiplin. Orang yang berpuasa itu hanya diawasi oleh diri sendiri dan hanya punya “CCTV” ilahi yang sangat tajam resolusinya. Oleh karena itu, pendidikan disiplin dalam berpuasa ramadhan itu meliputi disiplin beribadah, dispilin sahur dan juga disiplin saat berbuka puasa jika sudah sampai waktunya. Dan tidak kalah penting adalah disiplin hukum (sadar hukum) yaitu untuk tidak makan dan minum walau makanan sangat banyak tersedia di dalam rumah.
Keenam, puasa dapat mendidik kesabaran. Betapapun kita haus yang mencekik tenggorokan dan lapar yang sangat melilit perut, sebelum tiba saatnya untuk berbuka maka kita akan tetap sabar menanti detik-detik untuk berbuka puasa. Makanan halal sudah banyak dihidangkan di atas meja, namun bila magrib belum tiba, kita akan tetap komitmen untuk tidak membatalkan puasa dengan makan dan minum.
Dengan demikian, orang yang berpuasa di bulan ramadhan itu benar-benar terdidik untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Ramadhan adalah madrasah/sekolah bagi manusia beriman untuk memusatkan dirinya dalam mengisi keimanan dan takwa sebagai sarana pendidikan untuk membentuk karakter yang baik dalam upaya membentuk diri menjadi manusia yang berakhlakul mulia.
Hari pendidikan nasional dan ramadhan tahun ini benar-benar sangat istimewa dan bermakna bagi segenap bangsa Indonesia. Semoga saja, setelah pelaksanaan hardiknas, kiranya kita dapat memasuki ramadhan yang berkah yang di dalam bulan ramadhan itu kita nantinya dapat membentuk generasi bangsa Indonesia yang beradab, berakhlak mulia, serta beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Penulis:
Maria Ulfa, S.Pd, M.Pd (Pendidik dan Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum pada MAN 1 Aceh Besar)